Nama-nama Raja Kerajaaan di Provinsi Banten beserta Cuplikan Kisahnya
Nama-nama Raja Kerajaaan di Provinsi Banten beserta Cuplikan Kisahnya - Banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang Memiliki sebuah kerajaan islam yang cukup masyhur di kalangan masyarakat. Kerajaan islam tersebut bernama kerajaan Banten. Kejayaan demi kejayaan sempat berhasil digapai dengan gemilangnya, khususnya dalam aspek politik, sosial dan budaya, bahkan ekonominya.
Kejayaan yang pernah diraih oleh kerajaan di provinsi Banten ini tidak lepas dari para raja yang memimpin kerajaan Banten. Nama-nama raja kerajaan Banten tersebut diantaranya:
1. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin merupakan raja pertama Kerajaan Banten. Dimulai dari kemerosotan moral kerajaan Demak yang haus akan kekuasaan sehingga terjadi perebutan kekuasaan. Pada waktu perebutan kekuasaan itulah Cirebon dan Banten memilih memisahkan diri dari kerajaan Demak dan menjadi wilayah yang berdaulat.
Selama 18 tahun lamanya sultan Hasanuddin menjadi raja di kerajaan Banten. Mulai dari tahun 1552 sampai dengan 1570 M. Islam di sana semakin berkembang pada saat pemerintahannya, bahkan Banten sampai menjadi pusat penyebaran agama islam.
Selain berhasil menjadi pusat penyebaran ajaran islam, pada masa pemerintahan sultan Hasanuddin ini, kerajaan di provinsi Banten juga menjadi pusat atau bandar perdagangan. Lampung sebagai wilayah yang dikenal sebagai penghasil rempah lada berhasil dikuasai kerajaan, begitu pula dengan selat Sunda yang dijadikan sebagai lalu lintas perdagangannya.
Dalam bidang perdagangan ini, Sultan Hasanuddin juga membangun pelabuhan Banten sebagai pusat perdagangan kerajaan Banten. Para pedagang muslim dari Gujarat, Persia dan juga Venesia banyak berdatangan ke pelabuhan Banten untuk menghindar dari selat Malaka yang saat itu dikuasai oleh penjajah Portugis.
2. Maulana Yusuf
Setelah wafatnya sultan Hasanuddin, kerajaan Banten dipimpin oleh putra sultan Hasanuddin yang bernama Maulana Yusuf. Pada masa pemerintahannya tepat pada tahun 1579 sebelum satu tahun berakhirnya kekuasaannya, beliau berhasil menaklukkan kerajaan Pajajaran di daerah Pakuan dan Bogor dan sekaligus menyingkirkan prabu Sedah selaku raja kerajaan Pajajaran pada masa itu. Dari peristiwa itu, banyak rakyat Pajajaran yang mengungsi ke salah satu pegunungan di Banten tepatnya di Rangkasbitung yang sekarang kerap dikenal sebagai suku Badui. Beliau menggantikan ayahnya sebagai raja kerajaan di provinsi Banten tepatnya kerajaan Banten mulai dari tahun 1570 sampai tahun 1580 M.
3. Maulana Muhammad
Maulana Muhammad adalah raja ketiga kerajaan Banten, pengganti dari sultan Maulana Yusuf yang merupakan ayahanda dari raja Maulana Muhammad. Beliau naik tahta di usianya yang cukup belia yaitu 9 tahun. Sehingga untuk menjalankan pemerintahan kerajaan Banten, Mangkubimu Jayanegara yang menalangi seluruh urusan pemerintahan.
Ketika sultan Maulana Muhammad sudah beranjak dewasa, Mangkubimu Jayanegara kemudian mengalihkan urusan pemerintahan kepada beliau, tepat pada tahun 1580. Beliau memerintah dari tahun tersebut sampai dengan 1596 M.
16 tahun kemudian setelah pertama duduk di pemerintahan, sultan Maulana Muhammad melakukan penyerangan ke Kesultanan Palembang. Alasan penyerangan terhadap kesultanan yang didirikan Ki Gendeng Sure selaku bangsawan Demak ini, ialah karena kerajaan Banten merasa mempunyai hak atas kekuasaan Palembang tersebab kerajaan Banten masih keturunan dari kerajaan Demak yang otomatis memiliki hak juga terhadap kekuasaan Palembang. Tapi sayangnya, perjuangan yang dilakukan oleh sultan Maulana Muhammad berakhir sia-sia. Sultan tewas akibat pertempuran hebat tersebut.
4. Pangeran Ratu [Abdul Mutakhir]
Pangeran Ratu adalah gelar dari sultan Abdul Mufakhir raja keempat kerajaan di provinsi Banten (kerajaan Banten), selaku pengganti kepemimpinan ayahandanya sultan Maulana Muhammad. Beliau menjadi sultan di kerajaan Banten di usianya yang masih berumur 5 bulan, jauh lebih belia daripada ayahandanya sultan Maulana Muhammad. Beliau memimpin kerajaan mulai dari tahun 1596 sampai dengan 1651 M.
Di usianya yang sangat belia ini, kepemimpinan sultan Abdul Mufakhir masih dialihkan ke Mangkubumi Ranamanggala. Pada saat tersebut, Belanda mendarat di Banten tanggal 22 Juni 1596. Perjuangan demi perjuangan pun dimulai.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Wafatnya pangeran Ratu menyebabkan pergeseran lagi kekuasaan kerajaan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa dinobatkan sebagai raja kelima sebagai penggannti ayahandanya pangeran Ratu (sultan Abdul Mufakhir). Beliau memimpin kerajaan Banten sejak tahun 1651 sampai dengan 1682 M. Di masa pemerintahan beliau inilah salah satu kerajaan di provisi Banten yang bernama kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan yang cukup gemilang.
Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memperluas wilayah kekuasaan hingga saking kewalahannya dalam perjuangannya, beliau mengangkat putranya sebagai raja pembantu yang diberi gelar sultan Haji atau Abdul Kahar.
Baca juga : 7 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia
Namun sayangnya, sultan Ageng Tirtayasa dibuat kecewa oleh keputusannya tersebut, putranya yang diangkatnya sebagai raja pembantu tersebut ternyata memiliki hubungan baik dengan Belanda. Sultan Ageng tidak menyukai kelakuan anaknya tersebut dengan segera memberikan keputusan pencabutan jabatan sultan Haji. Sehingga terjadilah perang saudara antara sultan Ageng dan putranya sendiri sultan Haji yang sangat bersih keras mempertahankan jabatan dari ayahnya tersebut. Sedangkan pada saat pertempuran tersebut sultan Haji kini meminta bantuan pada Belanda. Sultan Ageng dipenjara di Batavia hingga wafat tepat pada tahun 1691 M.
6. Sultan Haji
Pada masa jabatannya sebagai raja pembantu, sultan Haji kini diberikan wewenang oleh ayahnya untuk mengatur urusan dalam kekuasaan di daerah Surosowan sedangkan di luar daerah tersebut dipegang sendiri oleh sultan Ageng dan putranya yakni Pangeran Purbaya.
Di masa terpisahnya antara sultan Ageng dan sultan Haji inilah, kejahatan Belanda mulai beraksi menghasut sultan Haji hingga beliau menjadi seorang penghianat kerajaannya sendiri. Semenjak dekat dengan Belanda cara berpakaian sultan Haji berubah, cara berpakaiannya mulai kebarat-baratan meniru style orang Belanda.
Menyikapi sifatnya sultan Haji yang demikian, sultan Tirtayasa tidak memilih diam dengan sigap ia langsung meminta guru spiritualnya sultan Ageng untuk menyuruh sultan Haji pergi ke Mekkah. Harapan besar akan perubahan sultan Haji seperti didikannya ditaruhkan oleh sultan Ageng terhadap anaknya tersebut. Tapi harapan itu kandas, upaya merubah kepribadian sultan Haji sama sekali tidak menuai hasil. Sehabis kepulangannya dari Mekkah, sultan Haji malah lebih mudah dipengaruhi oleh Belanda hingga akhirnya menuai konfik antara sultan Haji dan Ayahnya sendiri sultan Ageng Tirtayasa.
Di situlah propaganda Belanda dimulai, VOC memberi dukungan kepada sultan Haji untuk pertempuran dengan syarat Sultan harus menyerahkan Cirebon untuk VOC, monopoli lada harus diserahkan juga untuk VOC, dan Persia, India serta Cina harus Banten singkirkan sebab merupakan saingan dari VOC, sultan juga diharuskan membayar 600.000 ringgit jika kemudian sultan ingkar terhadap perjanjiannya sekaligus pasukan Banten yang menguasai pantai serta pedalaman Priyangan juga harus dicabut.
Perjanjian ini disetujui oleh sultan Haji. Kepicikan Belanda pun dimulai hingga akhirnya kerajaan Banten jatuh ke tangan Belanda dan Sultan Ageng Tirtayasa dipenjara di Batavia hingga wafat.
Jadi, itulah nama-nama raja kerajaan di provinsi Banten tepatnya kerajaan Banten dengan cuplikan kisahnya mulai dari masa berdiri, kejayaan hingga keruntuhannya.
Ente blogger Banten gan?
BalasHapusIya gan, ane dari Banten
Hapus